“Tiga syarat menghadapi tantangan global; perkuat kemandirian bangsa, tingkatkan daya saing, dan miliki peradaban bangsa yang mulia”. (Susilo Bambang Yudhoyono)

09 September 2015

Belajar Berbhinneka pada Keluarga Pak Herman

Rochimudin | 09 September 2015 | 12:08 AM |
Sore itu, hari Jum'at tanggal 21 Agustus 2015, tepatnya pukul 15.00 WIB, kami – Salma dan Novisa, serta keduabelas teman kami, telah berkumpul di halaman SMA Negeri 5 Semarang untuk berangkat kerumah induk semang untuk melaksanakan kegiatan Live In Kebhinnekaan yang dipelopori oleh guru PPKn kami, Bapak Rochimudin. Kami berdua ditempatkan di rumah Bapak Herman yang merupakan guru Pendidikan Agama Katolik di SMA 5 dan SMA 2 Semarang.

Aktivitas belajar kebhinnekaan bersama Pak Herman



Pukul 4 sore tepat, kami pun berangkat bersama-sama, dengan 6 orang menaiki mobil bersama Pak Rochimudin dan 8 orang lainnya menaiki motor. Saya dan Novisa tiba di rumah Pak Herman pukul 9 malam, karena mengantarkan teman-teman yang lain ke rumah induk semang mereka. Kami disambut dengan senang hati oleh Pak Herman dan keluarganya; Bu Herman dan Fafa, anaknya. 

Setelah ngobrol sebentar, Pak Ochim undur diri, meninggalkan kami berdua.Setelah itu, Pak Herman menyuruh kami untuk makan malam terlebih dahulu. Setelah makan, kami diajak ke kamar untuk kami beristirahat. Sebelum beristirahat, kami meminta Pak Herman untuk kami wawancarai dahulu. Sebenarnya Pak Herman ada acara malam itu, namun Pak Herman menyetujui untuk meluangkan waktunya sebentar sebelum pergi.

Kami pun menanyakan beberapa hal, dan Pak Herman menjawab sambil bercerita. Bahwa Pak Herman, meskipun berasal dari Timor Timur, tetapi 100% Merah Putih. Beliau sangat menghargai perbedaan agama di Indonesia, bahkan beliau mengaku teman-temannya kebanyakan adalah yang berbeda agama dengan beliau. Meski begitu, beliau dan teman-temannya tidak pernah mempermasalahkan tentang agama mereka yang berbeda-beda.

Setelah sekitar satu jam, kami pun menyudahi wawancara karena Pak Herman ada acara malam itu, dan jam sudah menunjukkan pukul 22.00 sehingga kami juga harus beristirahat. Ketika memasuki kamar, kami malah jadi tidak bias tidur dan memilihuntuk video call dengan teman kami yang juga mengikuti live in di tempat lain.

Keesokannya, sebenarnya kami diajak untuk pergi melihat misa pagi, jam setengah enam. Tetapi kami semua bangun kesiangan, maka diganti dengan berkunjung ke kapel. Sebelum pergi ke kapel, kami melanjutkan wawancara.

Tetapi sebelum wawancara kita sarapan pagi dahulu bersama keluarga Pak Herman tanpa anaknya karena saat itu anaknya sudah berangkat sekolah lebih dahulu. Kemudianwawancara kami lanjutkan dengan menanyakan apa saja atribut saat upacara keagamaan. Pak Herman pun mengajak kami ke tempat do’a pribadinya. Di sana ada patung Bunda Maria, gambar Yesus, salib, lilin di sisi kanan dan kiri, Rosario dan Al Kitab. Pak Herman menjelaskan bagaimana dia berdo’a. Beliau kemudian mempraktikan dengan bersujud dan kedua tangan mengatup di atas kepala. Lalu beliau juga menjelaskan tentang barang-barang untuk berdoa.

Setelah itu kami diajak ke Kapel Sang Timur. Di sana kami bertemu dengan seorang suster. Kami pun dipersilakan masuk ke kapel. Sebelum masuk, kami harus melepas alas kaki kami. Sama seperti memasuki masjid. Kemudian kami duduk di bangku paling belakang sambil mengambil gambar, sedangkan Pak Herman berdoa. Setelah itu kami diajak oleh susternya untuk mengelilingi kapel. Ada asrama untuk biarawati, kamar untuk tamu, juga ruang makan. Setelah puas mengelilingi, kami kembali ke rumah untuk bersiap-siap pulang karena sudah akan dijemput.

Sebelum dijemput, kami berdua berbincang santai dengan keluarga Bapak Herman di ruang tamu. Perbincangan kami berlanjut masih mengenai pengalaman kebhinnekaan yang pernah dihadapi Pak Herman. Pak Herman sudah pernah tinggal di berbagai kota di Indonesia seperti Medan, Yogya, Ungaran, dan Semarang. Oleh karena itu beliau sudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan termasuk dengan mayoritas orang yang beragama berbeda dengan beliau. Sikap dan perbuatan yang baik adalah suatu hal yang dianggap penting dalam bermasyarakat. Apabila kita berbuat baik maka tidak akan ditanya apa keyakinan Anda.

Bersama keluarga Pak Herman dan guru-guru ketika penarikan Live in Kebhinnekaan

Demikian cerita hingga akhirnya kita dijemput oleh Pak Rochim, Pak Tegar dan Pak Dayat. Terima kasih Bapak Herman sekeluarga yang telah memberi kami pengalaman live in kebhinnekaan yang luar biasa.

No comments:

Post a Comment

//